Contoh Limbah Cair Industri Kecuali

Contoh Limbah Cair Industri Kecuali

Pengelolaan Limbah Cair

Pengelolaan limbah cair hasil produksi dilakukan untuk mengeluarkan polutan atau zat berbahaya di dalam limbah agar cairan limbah yang dibuang menjadi bersih dan tidak menyebabkan pencemaran atau kerusakan lingkungan. Pengelolaan limbah cair dibagi menjadi tiga cara, yaitu pengelolaan secara fisika, pengelolaan secara kimia, dan pengelolaan secara biologi.

Pada proses pengelolaan limbah cair secara fisika, dilakukan pemisahan seluruh material kotor dalam cairan. Pemisahan tersebut dilakukan melalui tahapan pengendapan, floatasi, penyerapan, dan penyaringan. Sedangkan proses pengelolaan limbah cair secara kimia dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa metode, yaitu metode ozonisasi, metode oksidasi, metode koagulasi, dan metode penukar ion. Penggunaan metode pengolahan secara fisika disesuaikan dengan jenis polutan yang perlu dihilangkan. Sementara itu, pada metode pengolahan secara biologi, polutan atau zat berbahaya dalam limbah diuraikan dengan memanfaatkan biota atau makhluk hidup berupa mikroorganisme.

Proses pengelolaan limbah cair secara biologi dapat dilakukan dengan tiga metode pilihan, yaitu metode pengolahan secara aerobik, metode pengolahan secara anaerobik, dan metode pengolahan secara fakultatif.

Pengelolaan limbah cair juga dapat diuraikan dengan beberapa pilihan cara, yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder, pengolahan tersier, pengolahan desinfeksi, serta slude treatment atau pengolahan lumpur. Pengolahan primer, yaitu pengolahan yang dilakukan melalui proses penyaringan, pengolahan awal, pengendapan, serta pengapungan. Pengolahan ini tepat dilakukan untuk mengelola limbah cair berupa polutan minyak dan lemak. Pengolahan sekunder, yaitu pengelolaan yang dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan polutan dalam limbah cair.

Pengelolaan mengenai air limbah domestik dapat dilihat melalui buku berikut.

Pengelolaan Limbah Industri

Untuk menghindari berbagai dampak buruk yang ditimbulkan oleh limbah industri, perlu dilakukan pengelolaan terhadap limbah yang akan dibuang. Berikut beberapa cara pengelolaan limbah industri.

Dampak Limbah Industri

Limbah industri yang dibuang sembarangan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu dapat menimbulkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup. Berikut beberapa dampak buruk yang dapat disebabkan oleh limbah industri.

Bahaya Limbah Industri pada Tanah

Limbah industri yang dibuang sembarangan di permukaan tanah atau dikubur dalam tanah dapat merusak kesuburan tanah sehingga mengganggu produktivitas tanaman. Jumlah populasi pencemaran di tanaman bahkan dapat menjadi lebih tinggi dibanding dengan pencemaran pada tanah karena molekul dalam limbah industri dapat menumpuk pada tanaman. Mengonsumsi tanaman yang telah tercemar tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia.

Bahaya Limbah Industri pada Air

Pembuangan limbah industri secara ilegal di daerah perairan merupakan salah satu penyebab utama dari pencemaran air. Pembuangan limbah di laut atau sungai akan merusak atau bahkan membunuh kehidupan yang terdapat di dalamnya. Hal tersebut dapat terjadi akibat tingginya kadar BOD dan COD dalam limbah yang akan merampas sumber oksigen di laut atau sungai. Material kasar yang berasal dari limbah juga akan menyebar dan dapat menimbulkan bakteri atau virus berbahaya. Karena itu, jika air tersebut dikonsumsi oleh manusia, akan menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia.

Pengelolaan Limbah Gas

Limbah gas menjadi lebih berbahaya dari limbah cair dan padat karena tidak dapat dilihat secara langsung. Karena itu, pengelolaan limbah ini perlu dilakukan secara tepat agar tidak merugikan banyak pihak. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam proses pengelolaan limbah gas adalah dengan mengurangi jumlah gas yang dibuang melalui metode desulfurisasi menggunakan filter basah. Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengelola limbah gas adalah dengan menerapkan metode fase gas untuk menyamarkan bau tak sedap dari gas yang dikeluarkan. Bau tak sedap yang dikeluarkan dari limbah gas juga dapat dikurangi dengan menggunakan metode fase padat. Melalui metode ini, bau tak sedap yang berasal dari gas akan diserap dengan menggunakan adsorben padat berupa arang aktif. Selain melakukan metode pengelolaan limbah gas di atas, para pelaku industri juga perlu mengontrol dan mengurangi jumlah buangan gas dengan menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan salah satu jenis limbah industri yang memiliki kandungan berbahaya dan beracun. Limbah B3 perlu ditangani secara khusus karena memiliki kandungan zat beracun yang cukup tinggi. Pembuangan limbah B3 secara sembarangan, atau tanpa dilakukan proses pengolahan secara khusus terlebih dahulu akan menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta membahayakan kesehatan makhluk hidup. Beberapa contoh kegiatan industri yang menghasilkan limbah B3, yaitu industri pengolahan minyak pelumas, industri pengolahan semen, industri pengolahan bubur kertas, serta industri farmasi. Rumah sakit merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang memanfaatkan banyak produk dari industri farmasi. Karena itu, pengelolaan sampah atau limbah rumah sakit perlu diperhatikan. Berikut adalah buku yang menjelaskan mengenai pengelolaan limbah rumah sakit.

Pengelolaan Limbah Padat

Pengelolaan limbah padat hasil industri dapat dilakukan dengan berbagai pilihan cara. Cara pengelolaan limbah padat yang bersifat organik dan anorganik berbeda. Limbah organik pada umumnya akan ditimbun untuk diuraikan oleh mikroorganisme sehingga dapat membantu menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Akan tetapi, penimbunan sampah organik tersebut tidak dapat dilakukan sembarangan. Perlu diterapkan metode khusus untuk mencegah pencemaran tanah. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode sanitary landfill. Penerapan metode sanitary landfill dilakukan dengan memasukkan limbah padat ke dalam lubang yang sebelumnya telah dilapisi plastik dan tanah liat yang dapat mencegah air merembes ke dalam tanah. Gas metana yang dihasilkan dari proses tersebut dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik.

Limbah padat juga dapat dikelola dengan cara insinerasi, yaitu proses pembakaran limbah berbahan organik. Proses pengolahan ini juga dikenal sebagai pengolahan termal. Proses insinerasi akan sangat efektif untuk mengurangi material limbah dengan mengubahnya menjadi abu, partikulat, gas sisa hasil pembakaran, dan panas. Namun, biaya produksi yang tinggi menyebabkan tidak semua industri dapat memiliki alat pengolahan limbah ini.

Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengelola limbah padat adalah melalui kegiatan daur ulang. Kegiatan daur ulang dapat dilakukan dengan memilah limbah padat bersifat anorganik, seperti kabel dan plastik, untuk dijadikan sebagai barang baru yang bermanfaat dan memiliki nilai jual cukup tinggi.

Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu kegiatan/usaha industri yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya. Karakteristik dari limbah cair di bagi menjadi 3, yaitu karakteristik limbah cair fisik, kimia dan biologis.

a. Total Solid (TS) merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupun anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.

b. Total Suspended Solid (TSS) merupakan total padatan tersuspensi di dalam air

c. Warna , pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu– abu menjadi kehitaman.

d. Kekeruhan disebabkan karena ada partikel koloid yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan industri, protein dan ganggang yang terdapat dalam limbah.

e. Temperatur merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air selanjutnya untuk berbagai aktivitas sehari – hari.

f.  Bau merupakan parameter yang subjektif. Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti Sulfida dan Amoniak.

2. Karateristik Kimia

a. BOD  (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dipergunakan untuk menguraikan bahan organik oleh mikroorganisme. (secara biokimiawi). Pada pengujian sampel BOD perlu dilakukan inkubasi  minimal 5 hari.

b. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi. Metode analisa ini lebih singkat waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran COD dilakukan dengan cara memanaskan sampel di dalam  reaktor khusus COD selama 2 jam.

c. Dissolved Oxygen (DO) adalah kadar oksigen terlarut. Oksigen terlarut digunakan sebagai derajat pengotoran limbah yang ada. Semakin besar oksigen terlarut, maka derajat pengotoran semakin kecil

d. Ammonia (NH3) adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan berupa senyawa ion ammonium atau ammonia. tergantung pada pH larutan

e. Derajat keasaman (pH) dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. Ph normal untuk kehidupan air adalah 6– 8.

f. Logam Berat,  bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.

g. Gas Methan,  terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar

h. Lemak dan minyak , yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi dan proses perebusan. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput

3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

a. Virus menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent) pengolahan air.

b. Vibrio Cholera menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera.

c. Salmonella Spp dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan limbah.

d. Shigella Spp adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.

e. Basillus Antraksis adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan.

f. Mycobacterium Tuberculosa adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium.

Sedangkan untuk pengolahan limbah cair industri itu sendiri dapat dilakukan menjadi 3 tahap, yaitu :

Pengolahan secara fisika dilakukan pada limbah cair dengan kandungan bahan limbah yang dapat dipisahkan secara mekanis langsung tanpa penambahan bahan kimia atau tanpa melalui penghancuran secara biologis

Pengolahan secara kimia merupakan proses pengolahan limbah dimana penguraian atau pemisahan bahan yang tidak diinginkan berlangsung dengan adanya mekanisme reaksi kimia (penambahan bahan kimia ke dalam proses)

3. Pengolahan biologis

Pengolahan secara biologi merupakan sistem pengolahan yang didasarkan pada aktivitas mikroorganisme dalam kondisi aerobik atau anaerobik ataupun penggunaan organisme air untuk mengabsorbsi senyawa kimia dalam limbah cair.

Limbah tekstil (garmen) merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan.  Limbah-limbah yang dihasilkan suatu industri tekstil ini akan dialirkan ke kolam-kolam penampungan dan selanjutnya dibuang ke sungai. Untuk memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut dibuang ke perairan, maka suatu industri tekstil harus memenuhi baku mutu air limbah sesuai dengan  PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .

Tabel 1. Permen LH No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil

Beban pencemaran paling tinggi

Debit Limbah paling tinggi

100m3/ton produk tekstil

Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton.

Gambar 1. Limbah Cair Industri tekstil

(Sumber: https://blogs.uajy.ac.id/ivann/2016/08/20/dibalik-warna-indah-kain-batik/)

Sumber Limbah Industri

Limbah dan emisi merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing- Pewarnaan (dyeing) mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amonia yang tinggi. Pihak industri pada umumnya masih melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan melakukan pengolahan limbah (treatment). Dengan membangun instalasi pengolah limbah memerlukan biaya yang tidak sedikit dan selanjutnya pihak industri juga harus mengeluarkan biaya operasional agar buangan dapat memenuhi baku mutu.

Air limbah yang dibuang begitu saja ke lingkungan menyebabkan pencemaran, antara lain menyebabkan polusi sumber-sumber air seperti sungai, danau, sumber mata air, dan sumur. Limbah cair mendapat perhatian yang lebih serius dibandingkan bentuk limbah yang lain karena limbah cair dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dalam bentuk pencemaran fisik, pencemaran kimia, pencemaran biologis dan pencemaran radioaktif.

Limbah tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri tekstil karena terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang di samping memerlukan bahan kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut. Industri tekstil merupakan suatu industri yang bergerak dibidang garmen dengan mengolah kapas atau serat sintetik menjadi kain melalui tahapan proses : Spinning (Pemintalan) dan Weaving (Penenunan).Limbah industri tekstil tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang merupakan senyawa kimia sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna tersebut telah terbukti mampu mencemari lingkungan. Zat warna tekstil merupakan semua zat warna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat tekstil dan mudah dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil (auksokrom).

Karakteristik Air Limbah Industri Tekstil:

Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Karakteristik Fisika

Karakteristik fisika ini terdiri daribeberapa parameter, diantaranya :

a. Total Solid (TS): Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik maupunanorganik yang larut, mengendap,atau tersuspensi dalam air.

b. Total Suspended Solid (TSS): Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam airlimbah setelah mengalamipenyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.

c. Warna.: Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.

d. Kekeruhan: Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik.

e. Temperatur: Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.

f. Bau: Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.

2. Karateristik Kimia

a. Biological Oxygen Demand (BOD)

Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air

b. Chemical Oxygen Demand (COD)

Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).

c. Dissolved Oxygen (DO)

adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperature dan salinitas.

Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia.tergantung pada pH larutan.

Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.

Fenol mudah masuk lewat kulit.Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian).

g. Derajat keasaman (pH)

pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme.Phnormal untuk kehidupan air adalah 6–8.

Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.

Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang dalam skala tertentu membantu kinerja metabolisme tubuh dan mempunyai potensi racun jika memiliki konsentrasi yang terlalu tinggi. Berdasarkan sifat racunnya logam berat dapat dibagi menjadi 3 golongan :

1. Sangat beracun, dapat mengakibatkan kematian atau gangguan kesehatan yang tidak pulih dalam jangka waktu singkat, logam tersebut antara lain : Pb,Hg, Cd, Cr, As, Sb, Ti dan U.

2. Moderat, mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih dalam jangka waktu yang relatif lama, logam tersebut antara lain : Ba, Be, Au, Li, Mn, Sc, Te, Va, Co dan Rb.

3. Kurang beracun, namun dalam jumlah yang besar logam ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan antara lain :Bi, Fe, Mg, Ni, Ag, Ti dan Zn .

3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.

Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme terlarut dalam air seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton. Penentuan kualitas mikroorganisme dilatarbelakangi dasar pemikiran bahwa air tersebut tidak akan membahayakan kesehatan. Dalam konteks ini maka penentuan kualitas biologi air didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran.

Di sekitar pabrik pada umumya sungai digunakan untuk tempat pembuangan limbah, tanpa instalasi pengolahan limbah terlebih dahulu. Dalam kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan, tetapi air limbah industri harus mengalami proses pengolahan sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran.  Dengan pengolahan tersebut limbah tekstil yang dibuang ke sungai di duga dapat mengurangi bahan pencemar.

Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam.DiIndonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.

PT  Sumber Aneka Karya Abadi sebagai salah satu distributor alat laboratorium menyediakan alat-alat untuk mengukur parameter yang dibutuhkan Industri Tekstil dalam pengontrolan limbah cairnya.

Karena karakteristik limbah cair industri tekstil yang beragam seperti mengandung senyawa organik, sulfida dan logam berat, maka diperlukan elektroda yang memiliki performance tinggi di segala macam sampel seperti Thermo Scientific Orion 8172BNWP. Sedangkan untuk meter pengukur pH dapat digunakan Thermo Scientific Orion “VERSA STAR VSTAR90” Multiparameter Benchtop Meter.

BOD Sensor System 6 dari VELP atau BOD Trak II dari HACH dapat digunakan untuk mengukur nilai BOD berdasarkan metode manometrik.

Gambar 4. BOD Sensor System 6 Velp

Gambar 5. BODTrak II Apparatus

3. COD, Fenol Total, Amonia Total, Krom Total dan Sulfida

Hach DRB200 dapat digunakan sebagai reaktor untuk membantu analisa COD pada limbah industri tekstil. Untuk reaktor DRB200 ini tersedia single block maupun dual block. Kemudian untuk mengukur nilai COD beserta Fenol Total, Krom Total, Amonia Total dan Sulfida dapat digunakan spektrofotometer HACH (DR1900, DR3900 atau DR6000).

Gambar 6. DRB200 Single Block

Gambar 7. DRB200 Dual Block

Gambar 8. DR1900 Portable SPectrophotometer

Gambar 9. DR3900 Laboratory Vis Spectrophotometer

Gambar 10. DR6000 UV-VIS Spectrophotometer

Dwioktavia., 2011, Pengolahan Limbah Industri Tekstil.  https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-industri-tekstil/.

Habibi, Islam. 2012. TINJAUAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL PT. SUKUN TEKSTIL KUDUS. SKRIPSI. Universitas Negeri Yogyakarta.

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH .

http://www.in.dirtwave.com/inggris-tertarik-pada-usaha-baru-dalam-industri-tekstil-dan-garmen/

%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.32 841.92] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ�[ë�Û¸ÿ ÿƒ>Ú‡µV$E=ŠÃyõn{¹KÚ.ÐÉ}Ю��Î^Ûµä¢é_ß™á[eß!ÀÆ–†ÃáÌð7Ò·¯N}û¥yì“ï¿¿}Õ÷Íã×Í:ùt{8þv{ÿí¸¹ýØ<µû¦oû~H^¿}“¼¾ùâö¯,a2­‹äþËË,Éà<©dšIYgiQ%÷Ï/_dÉþùñå‹O‹�Ë_löO‡åJ,vÍ×f�’÷K¹hŸ–+ÆÍ×dù[rÿ·—/ÞÁ$8‘a-¸HKæ³þ´x£|DÛÄhó,•Ú6J›§µiO1ZÉÒ¢i£k“2e¾wûõrU,ÎK±èúåJ.NmlxÎÄH,Ÿöß`�4Ë—É*Kg"Od-Ó/Wùü1_¤iìODû’•iY|YŒ|8ç韶SâÌRÔµÕ{^Öu5Tý@Ù¢Ž):¹ýˆ*þåÍÝÛ$6¼Hw{V³¤”eʦünÄ�üò€ \¦e®Y~|‡0ñë�ø÷â= _¼Z2 \q9¼ÇÝ’,WåâýÝ/¯�$WϲÏ߸‡wøý±í”Õi!Bf—ŇËâSþ]ÔEZ_ÅOLx¯aR ØšÄ,�Oî+b¾YV°„Á(ƒmRoÀ§Åý»ŸýðþÃ�ˆÞwÑ�Ç]$¼‡Àx,ãUh¼ mÀÑ0¬TEs$ÚnúÙO`³šl¦ÜQ€ˆMÈ!?˜VÉùŒ’‹:W1‘óÄðx—�R6èËýž–ÅÂÄCðíƾ€å3É»v NûŒNü€� ÿê½€ïÄíÔŸ?ŠÁŸÃÙ|ïÏF¶ø8gŠåƼ#ýi‰!˜¤Ùbp–MLÏÚÓR¦k%ÎÛº§¡„J�XȪÉ\¾fV1Z@Mˆ¤-.›¦÷frKî70»s·¬Gµ>MÑ�>yÔý�Ár涾[ê~IHÂK;CcøŸƒÞ€£kÂç¥XíqjÚmƒŽ`¤æ…Õ-ªÍHNrz‚ ��´�j1D@ÃÛühcæ:5kåð�Þïp ½¾¡Y…óú@ÚQ¼ŸíHpXд¨Û^m

Ahmad, A., Tjandra, S., Mindriany, S., dan Oei, B.L. 1999. Bioreaktor Berpenyekat Anaerob Untuk Pengolahan Limbah Cair Industri Yang Mengandung Minyak dan Lemak. Prosiding Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo. ITB, Bandung.

Ahmad, A. 2001. Biodegradasi Limbah Cair Industri Minyak Sawit Dalam Sistem Bioreaktor Anaerob. Disertasi. ITB, Bandung.

Ahmad, A, 2004. Teknologi Bioproses Dalam Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Seminar TOPI. ITB, Bandung.

Ahmad, A. 2009. Dasar-dasar Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri. Unri Press, Pekanbaru.

Anonim. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdit Pengelolaan Lingkungan Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP. Departemen Pertanian, Jakarta.

Anonim, 2009. Laporan Market Intelligence Industri Palm Oil Di Indonesia November 2009. http://www.datacon.co.id/CPO1-2009Sawit.html. Akses 24 Februari 2009.

APHA, AWWA & WPCF. 1992. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. American Public Health Association, Washington DC.

Chin, K.K. 1981. Anaerobic Treatment Kinetics of Palm Oil Sludge. Water Res., 15, 199-202.

Eckenfelder, W.W dan Musterman, J.L. 1995. Activated Sludge Treatment of Industrial Wastewater Treatment. Technomic Pub. Co. Inc. Pennsylvania.

Firmansyah, A dan Saputra, A. 2001. Pengolahan Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Membran Anaerob. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri. ITB, Bandung.

Fithri, R. 2009. Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Di Kabupaten Kampar. Tesis. UNRI, Riau.

Ghosh, S dan Klash, D.L. 1978. Two Phase Anaerobic Digestion, Process Biochemestry. April.

Grady, Jr, C.P.L dan Lim, H.C. 1980. Biological Wastewater Treatment, Theory and Ahallication. Marcel Dekker, Inc, New York.

Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama Widya, Bandung.

Hartono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Isroi, 2008. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. www.isroi.wordpress.com. Akses 13 Juni 2009.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Kep – 51 / MENLH/ 10/ 1995. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

Latif, S.Y.B. 2008. Dampak pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit Terhadap Kandungan Bahan Organik dan Nitrogen Dalam Tanah. Tesis. UNRI, Riau.

Loebis, B dan Tobing, P.L. 1988. Hasil Sigi Pengendalian Air Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit. Seminar Nasional Pengendalian Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit dan Karet. Medan.

Malia, F. 2009. Peranan Mikroorganisme Tersuspensi dan Terlekat di Fase Terlekat pada Bioreaktor Hibrid Upflow Anaerob Menggunakan Media Bambu untuk Biodegradasi Molase dengan Pengaruh Pembebanan Organik dan Waktu Detensi. http://www.itb.ac.id. Kategori Tesis/Skripsi, 23 November 2009.

Manik, K.E.S. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Edisi Revisi Terbaru 2007. Djambatan, Jakarta.

Ng, W.J.K Wong dan Chin, K.K. 1985. Two Phase Anaerobic Treatment Kinetics of Palm Oil Waste. Wat. Res 19 (5).

Nugrahini, P. 2008. Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II, http://www.che.itb.ac.id/sntki2009/daftar/prosiding/TPL05.pdf, Akses, 29 November 2009.

Rahmayetty. 2003. Pengolahan Limbah Cair Industri Minyak Kelapa Sawit dengan Kombinasi Proses Anaerob Dua Fasa dan Membran. Tesis Magister Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Sinaga, L. 1992. Perubahan Koalitas Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit Selama Proses Pengolahan Dalam Kolam Pengendalian.

Soehadi Reksowardojo 1999: Menuju Perwujudan Industri Proses Dengan Produksi Bersih. Litbang UPPT – PT. Pupuk Kalimantan Timur. ITB, 19 – 20 Oktober 1999.

Southworth, A. 1979. Palm Oil Factory Effluent Treatment by Anaerobic Digestion in Langoons. Proc. 35th ind. Waste Conf. Purdue University. Purdue.

Speece, R.E. 1996. Anaerobic Biotechnology for Industrial Wastewater. Tennessee, USA.

Suharno, 2009. Pelepah Sawit Sebagai Pakan Ternak Alternatif. www.disnak.jambiprov.go.id/content.php. Akses 13 Juni 2009.

Sulaeman, 2008. Zero Waste: Prinsip Menciptakan Agro-industri Ramah Lingkungan.http://203.190.36.25/layanan_informasi/pengolahan_hasil_pertanian/zero_waste_dlm_agro-industri.pdf. Akses, 20 Maret 2010.

Supranto. 2001. Kinetika Pengeringan Pelapah Kelapa Sawit. Prosiding Seminar Nasional: Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia 2001. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Surabaya, 8 -9 Nopember 2001.

Suprapto.2010. Klaster Industri Sawit Riau. http://riaubisnis.com/index.php/opini-news/50-opini/274-klaster-industri-sawit-riau-. Akses 13 Juni 2009.

Syafila M., A. H. Djajadiningrat, M. Handajani. 2003. Kinerja Bioreaktor Hibrid Anaerob dengan Media Batu untuk Pengolahan Air Buangan yang Mengandung Molase. Prociding ITB Sains & Tek. Vol. 35 A.

Thanh, N.C. 1980. High Organic Wastewater Control and Management In The Tropics, Water Pollution Control Conf. CDG. AIT-ERL, Bangkok.

Umar, S. 2009. Potensi perkebunan kelapa sawit sebagai Pusat pengembangan sapi potong dalam Merevitalisasi dan mengakselerasi Pembangunan peternakan berkelanjutan. USU, Medan.

Vigneswaran, S, 1996. Anaerobic Wastewater treatment-Attached Growth and Sludge Blanket Process. Tenessee, USA.

Widjaja, T., A. Altway, P. Prameswarhi, dan F. S. Wattimena. 2008. Pengaruh HRT dan Beban COD Terhadap Pembentukan Gas Metan pada Proses Anaerobic Digestion Menggunakan Limbah Padat Tepung Tapioka. Institut Teknologi Surabaya, Surabaya.

Willyanto, S. 1999. Pembuatan Pulp Kertas Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Secara Biokimia-Mekanis. Prosiding Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo 1999: Menuju Perwujudan Industri Proses Dengan Produksi Bersih. Litbang UPPT – PT. Pupuk Kalimantan Timur. ITB, Bandung.

Kegiatan  industri  dalam  menghasilkan  suatu  barang  dan  atau jasa  memberikan berbagai dampak positif dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.   Namun dari setiap kegiatan produksi yang dilakukan oleh industri tentu menghasilkan dampak negatif juga yakni limbah sebagai hasil sampingan dari kegiatan industri tersebut.   Limbah yang disebut juga polutan adalah bagian yang tidak terlepaskan dari suatu industri, baik industri besar maupun industri kecil. Efek dari limbah yang dihasilkan itu tentu bisa mengganggu keseimbangan lingkungan. Salah satu limbah yang dihasilkan suatu industri dapat berupa limbah   cair.   Limbah cair merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair.   Limbah cair atau polutan yang dihasilkan oleh suatu industri harus diolah dengan baik agar tidak melewati batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Pengolahan limbah cair adalah menjaga air yang keluar tetap bersih dengan menghilangkan polutan yang ada dalam air limbah tersebut, atau dengan menguraikan polutan yang ada didalam air limbah sehingga hilang sifat-sifat dari polutan tersebut. Sebelum melakukan perencanaan dan pelaksanaan pengolahan limbah cair, industri harus memahami manajemen pengelolaan limbah seperti menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah, kebijakan untuk minimasi limbah sebelum menghasilkan dan mengolah limbah, menetapkan personil yang bertanggung jawab terhadap penerapan prosedur pengelolaan dan pengolahan   limbah   serta   melakukan   evaluasi   penerapan   prosedur   pengelolaan   dan pengolahan  limbah. Beberapa  hal  yang  harus  diperhatikan  dalam  pengolahan  limbah meliputi

Ada beberapa cara pengolahan limbah cair yang dapat dilakukan di industri yaitu:

Sebelum membuang limbah cair ke badan air, sebaiknya industri harus memastikan bahwa limbah cair yang dibuang telah aman bagi lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengambilan sampel limbah cair yang dilakukan di titik outlet pengolahan limbah cair yaitu titik setelah pengolahan limbah cair selesai dilakukan namun sebelum dibuang ke badan air. Pengujian sampel tersebut bisa dilakukan di laboratorium internal maupun laboratorium eksternal yang telah terakreditasi.  Hasil pengujian yang dikeluarkan sebaiknya dibandingkan dengan baku mutu sesuai peraturan perundangan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh pemerintah dan yang masih berlaku. Baku mutu dapat didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.

Adapun peraturan yang mengatur baku mutu air limbah yang berlaku saat ini secara nasional adalah  Peraturan  Menteri  Lingkungan  Hidup  Republik  Indonesia  Nomor  5  Tahun  2014 tentang baku mutu air limbah.  Peraturan ini mengatur baku mutu air limbah untuk industri pelapisan logam, industri galvanis, industri minyak goreng, industri monosodium glutamate, industri   inosin   monofosfat,   industri   pengolahan   kopi, industri   elektronika,   industri pengolahan susu, industri pengolahan buah-buiahan dan/atau sayuran, industri pengolahan hasil perikanan, industri hasil pengolahan rumput laut, industri pengolahan kelapa, industri pengolahan daging, industri pengolahan kedelai, industri pengolahan obat tradisional atau jamu, industri peternakan sapi dan babi, industri petrokimia hulu, industri gula, industri gula rafinasi, industri cerutu, proses primer basah dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses primer kering dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses sekunder dalam industri rokok dan/atau cerutu , dan industri oleokimia dasar.  Baku mutu limbah cair bagi industri diatas ditetapkan berdasarkan kemampuan teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan atau berdasarkan daya tampung lingkungan di wilayah industri tersebut untuk memperoleh konsentrasi atau beban pencemaran yang paling tinggi.   Baku mutu untuk tiap industri tentu berbeda untuk setiap parameter dan persyaratannya. Sebagaimana bisa dilihat di Tabel 1 untuk baku mutu industri pelapisan logam dan galvanis, pada Tabel 2 untuk baku mutu industri   Penyamakan Kulit, dan Tabel 3 untuk baku mutu minyak sawit dibawah ini.

TABEL 1.  BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PELAPISAN LOGAM DAN GALVANIS

TABEL 2.  BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

TABEL 3.  BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI MINYAK SAWIT

Namun demikian, ada beberapa permasalahan dalam mengolah air limbah di industri yang harus diperhatikan, yaitu:

Secara ekonomis, industri akan lebih mudah untuk melakukan pengolahan air limbah yang dilakukan secara terpisah daripada yang telah tercampur dengan sumber air limbah lain. Industri diharapkan sedapat mungkin memisahkan limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan produksi dari limbah cair domestik ataupun dari air hujan. Dengan demikian pelaksanaan pengolahan air limbah industri dapat dilakukan dengan optimal, air limbah yang telah diolah dapat dialirkan ke badan air  dan tidak memberi dampak buruk pada lingkungan sekitar.

Affam, A. C., & Chaudhuri, M. (2013). Degradation of pesticides chlorpyrifos, cypermethrin and chlorothalonil in aqueous solution by TiO2 photocatalysis. J Environ Manage, 130(0), 160-165, doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jenvman.2013.08.058.

Andreozzi, R., Caprio, V., Insola, A., & Marotta, R. (1999). Advanced oxidation processes (AOP) for water purification and recovery. Catalysis Today, 53(1), 51-59, doi:http://dx.doi.org/10.1016/S0920-5861(99)00102-9.

Beulah, S. S., & Muthukumaran, K. (2020). Methodologies of Removal of Dyes from Wastewater: A Review. International Research Journal of Pure and Applied Chemistry, 68-78.

Cheremisinoff, N. P. (2001). Handbook of water and wastewater treatment technologies: Butterworth-Heinemann.

Clark, R. M., Hakim, S., & Ostfeld, A. (2011). Handbook of water and wastewater systems protection (Vol. 2): Springer.

Kristijarti, A. P., Suharto, I., & Marieanna, M. (2013). Penentuan Jenis Koagulan dan Dosis Optimum untuk Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah Pabrik Jamu X. Research Report-Engineering Science, 2.

Ladhe, A. R., & Krishna Kumar, N. S. (2010). Application of Membrane Technology in Vegetable Oil Processing. 63-78, doi:10.1016/b978-1-85617-632-3.00005-7.

Martini, S., Afroze, S., & Roni, K. A. (2020). Modified eucalyptus bark as a sorbent for simultaneous removal of COD, oil, and Cr (III) from industrial wastewater. Alexandria Engineering Journal.

Martini, S., Ang, H. M., & Znad, H. (2017). Integrated ultrafiltration membrane unit for efficient petroleum refinery effluent treatment. Clean Soil Air Water, 45(2), 1-9, doi:10.1002/Clen.201600342.

Martini, S., Znad, H. T., & Ang, H. M. (2014). Photo-assisted fenton process for the treatment of canola oil effluent. Chemeca 2014: Processing excellence; Powering our future, 1519.

Spellman, F. R. (2013). Handbook of water and wastewater treatment plant operations: CRC press.

Sridhar, S., Kale, A., & Khan, A. A. (2002). Reverse osmosis of edible vegetable oil industry effluent. Journal of Membrane Science, 205(1–2), 83-90, doi:http://dx.doi.org/10.1016/S0376-7388(02)00065-0.

Wahi, R., Chuah, L. A., Choong, T. S. Y., Ngaini, Z., & Nourouzi, M. M. (2013). Oil removal from aqueous state by natural fibrous sorbent: an overview. Separation and Purification Technology, 113, 51-63.

Pengertian limbah industri & contoh Limbah Industri – Limbah menjadi salah satu permasalahan cukup besar yang hampir dirasakan oleh setiap negara. Jumlah limbah bahkan semakin mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan zaman. Permasalahan limbah didapatkan dari berbagai sektor, terutama sektor industri. Permasalahan limbah industri ini menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pelaku industri maupun pemerintah karena jika tidak ditangani secara tepat, limbah industri dapat menimbulkan berbagai bahaya dan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang akan mengganggu kehidupan makhluk hidup. Mengapa demikian? Simak penjelasan mengenai pengertian, jenis, dampak, contoh, serta cara pengelolaan limbah industri berikut.

Pengertian Limbah Industri

Limbah industri merupakan sisa atau buangan yang berasal dari hasil suatu kegiatan industri. Dengan kata lain, limbah industri adalah sampah yang dihasilkan dari kegiatan produksi suatu industri. Limbah ini memiliki berbagai jenis, tergantung dengan produk industri yang dihasilkan. Contohnya adalah industri tekstil yang tidak hanya memiliki limbah berupa sisa potongan material, tetapi juga terdapat jenis limbah lain berupa air buangan dari pewarna kain yang digunakan.

Konten baru

Lagu Mabok

Lagu Mabok

Smell Like Fish Taste Like Chicken20085:58

Buka Sms

Buka Sms

Banyak jenama yang tak ketinggalan untuk tawarkan promosi menarik sempena Hari Kemerdekaan.

Ruang88

Ruang88

This Account has been suspended.

Maju88

Maju88

PT Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan, pemasaran dan distribusi fast moving consumer goods (FMCG).

Lego Kayu

Lego Kayu

The Pirate Sets of Wave 1 I am an avid Lego pirate fan, over the years I have swung between my love of both pirate and castle, but as of ...

Dewa Tv

Dewa Tv

Para dewa dipercaya sebagai makhluk yang tak tampak dan tak dapat dijangkau. Mereka hidup di tempat-tempat suci atau tempat-tempat yang jauh dari jangkauan manusia, seperti surga, neraka, di atas langit, di bawah Bumi, di lautan yang dalam, di atas puncak gunung tinggi, di hutan belantara, tetapi dapat berhubungan dengan manusia karena manifestasi atau kekuatan supranaturalnya. Dalam beberapa agama monoteistik, Tuhan dianggap tinggal di surga namun karena kemahakuasaannya Dia juga ada di mana-mana sehingga dapat berhubungan dengan makhluq-Nya kapanpun dan di mana pun, tetapi secara kasatmata. Dalam pandangan umat beragama (monoteistik, politeistik, panteistik) sesungguhnya Tuhan ada di mana-mana, tetapi untuk memuliakannya Dia disebutkan tinggal di surga.

Ratu89

Ratu89

Bikin Nagih Pokoknya..

Putra Riau

Putra Riau

Wir verwenden Cookies und Daten, um

Bola Yang

Bola Yang

Tak hanya bola, perbedaan bola besar dan bola kecil dapat dinilai dari aspek durasi permainan. Tergantung pada situasi dan kondisi jenis olahraga, permainan bola besar memiliki rentang waktu permainan yang lebih lama dibandingkan bola kecil.

Semar4D2

Semar4D2

Temukan berbagai rekomendasi produk Slot Pintu Besi dengan harga terbaru Desember 2024 di UKUR. Belanja online kebutuhan bangunan terbaik paling praktis. Cukup telusuri produk Slot Pintu Besi, pilih model, ukuran, maupun ragam varian lainnya yang sesuai kebutuhan. Pastikan membaca detail dan ulasan terpercaya dari pembeli lainnya. Check Out barang belanjaan anda dan jangan lupa nikmati promo menguntungkan yang tersedia di UKUR!

Dan Uggla

Dan Uggla

Anda bisa mengelola sampah dengan prisnsip 3R. (Reuse Reduce Recycle) Setiap Hari. Pengelolaan sampah dengan sistem 3R bisa dicoba oleh setiap orang dan kapan saja. Sebab menangani sampah dengan prinsip 3R hanya membutuhkan meluangkan waktu dan kepedulian akan timbulnya penyakit dari sampah.

Pulautoto

Pulautoto

Dragon Tiger WildDragon

Akulaku

Akulaku

Semua pada pakai,platform kece yang dapat memenuhi

Juara 288

Juara 288

Belanja di App banyak untungnya:

Naga Dota

Naga Dota

The following abilities completely prevent the affected unit from turning:

Qqàa

Qqàa

Harga diatas berlaku pada 6 Desember 2022. Perlu kamu ketahui bahwa harga saham berubah setiap harinya, sehingga harga 1 lotnya juga akan ikut berubah.

Bola Bali

Bola Bali

Is your network connection unstable or browser outdated?

Video Menang

Video Menang

Tổng bán hàng0Số sản phẩm

Amannya

Amannya

Jenis atau jumlah ikan tuna tertentu bisa berbahaya bagi Si Kecil. Jadi, perhatikan jenis tuna apa yang Bunda makan serta berapa banyak yang Bunda konsumsi setiap minggunya.